Opini: Zain
Caibernews.com,Isu masyarakat di atas kembali memunculkan diskusi panjang tentang siapa yang sebenarnya diwakili dalam perjuangan mereka. Apakah benar perjuangan itu berpihak pada masyarakat miskin, ataukah hanya mewakili kepentingan segelintir kelompok yang sudah diuntungkan oleh situasi tertentu?
Keraguan ini wajar muncul, terlebih ketika terlihat bahwa jumlah orang yang mengklaim sebagai bagian dari masyarakat setempat semakin bertambah, bahkan ada dugaan sebagian hanya pendatang dengan identitas baru. Situasi ini rentan menimbulkan kesan bahwa perjuangan yang diusung tidak sepenuhnya murni.
Namun, perlu disadari bahwa dalam setiap dinamika sosial, selalu ada tarik-menarik kepentingan. Masyarakat yang merasa haknya terabaikan tentu ingin bersuara, sementara pihak lain menilai perjuangan itu telah ditunggangi. Di sinilah pentingnya transparansi dan komunikasi terbuka.
Jika MDA atau pihak berwenang hendak melakukan mediasi, langkah itu sebaiknya tidak dilihat sebagai keberpihakan pada salah satu kelompok, melainkan sebagai upaya menghadirkan keseimbangan. Yang paling utama adalah memastikan bahwa perjuangan yang diklaim demi rakyat benar-benar memberi manfaat nyata bagi masyarakat luas, bukan sekadar memperkuat posisi kelompok tertentu.
Pada akhirnya, kehati-hatian diperlukan agar tidak ada pihak yang terseret arus kepentingan sempit. Perjuangan rakyat seharusnya lahir dari solidaritas, bukan sekadar kepentingan.